Saturday, July 14, 2012

Tamparan Mike Tyson di Perbatasan Hungaria


Amsterdam - Brussel - Paris - Barcelona - Budapest - Vienna - Berlin - Amsterdam

Alhamdulillah dapet kesempatan buat ke 7 negara Eropa dalam 15 hari, dari 8 Juni sampe 23 Juni 2012 kemarin. Gue harus mengakui, negara-negara itu emang keren-keren banget. Pengen lah kesana lagi. Liat-liat semua museum. Tapi bukan itu yang mau gue tulis disini.

17 Juni 2012, perbatasan Hungaria-Austria
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 2 jam dari Budapest, gue sampe di daerah Austria. Gue dianter sama seorang yang gue kenal dari seorang kerabat yang bekerja di KBRI Budapest. Si pengantar ini, warga Hungaria asli, berumur 24 tahun dan pernah tinggal di Indonesia.
"Waktu itu tinggal berapa lama di Indonesia?" gue memulai pembicaraan.
"Dua tahun, waktu itu saya tinggal di Bali." jawabnya dengan bahasa Indonesia yang lancar.
"Oh ya? Ngapain? Kerja?"
"Nggak, saya kuliah, di ISI Bali." (ISI: Institut Seni Indonesia)
Obrolan berlanjut sampe akhirnya gue tau dia ambil jurusan gamelan bali, dan sekarang dia lagi belajar gamelan jawa sama temen-temennya di KBRI. Sempet juga ngomongin tentang tarian-tarian jawa, cerita-cerita kalo gue lagi belajar nari Gambyong. Pembicaraan berlanjut sampe gue ngerasa malu sama diri gue sendiri, dan milih diem.

Gue malu, karena dia, yang bahkan bukan warga negara Indonesia, jauh lebih hebat dan mengerti tentang budaya negara gue, warisan nenek moyang gue, yang harusnya gue pelajari baik-baik. Gue malu, karena bukan cuma dia, banyak warga negara asing, yang berharap bisa jadi warga negara Indonesia. Sementara itu, banyak warga negara Indonesia yang pintar-pintar, berharap bisa jadi warga negara asing. Dan rasanya kayak kena tamparan Mike Tyson, sakit, dan cemburu, kalo tau ada warga negara lain yang bisa cinta sama negara lo lebih baik daripada lo.

Semakin sedih karena kemudian gue tau ada masalah pengakuan hasil karya tarian Tor-tor Indonesia oleh Malaysia. Gue ga suka mengakui ini, ya jelaslah, kalo gue jadi tari Tor-tor, mungkin gue akan pilih Malaysia, negara yang bisa mencintai gue dan bangga akan budayanya. Jelaslah gue gak akan pilih Indonesia, yang ga pernah bangga sama keadaan gue, cuma bangga sama barang-barangnya yang produk luar.

Indonesia butuh lebih bangga sama dirinya sendiri, kalo mau maju.

Kadang suka sedih gitu liat orang-orang seumuran gue yang pesimis banget sama Indonesia. Apalagi orang-orang yang lebih tua dari gue, yang sangat cerdas luar biasa, banyak yang memutuskan buat pindah kewarganegaraan karena suasana hidupnya lebih nyaman. Kapan kita bisa maju kalo semua orang pesimis, milih cari aman, kemudian pindah kewarganegaraan?

Gue tau negara gue payah, gue tau negara gue masih dalam pembelajaran. Tapi gue sayang sama negara gue, dan kalo gue bisa, gue bakal bikin negara gue bisa disayangi sama semua warga negaranya.

Maafkan gue atas postingan ini dan nasionalisme gue yang angin-anginan.

No comments: