Thursday, October 1, 2020

Love-Hate Relationship

Aku tidak mau menceritakan kamu sebagaimana orang lain menceritakan kamu.

Kupikir aku lebih tau banyak tentang dirimu daripada orang-orang lain. Yaaaa mungkin aku sok tahu. Tapi biarlah aku sekarang gantian bicara, terlepas dari semuanya bilang apa, ini ceritaku saat bertemu dirimu.


-oOo-


Banyak orang yang memujamu dan mengincarmu dari seluruh penjuru negeri. Rela jauh-jauh berkilo-kilometer terbang naik ular baja bahkan burung bersayap besi, bermodalkan percaya diri dan rekomendasi institusi. Tapi kamu memang orangnya jual mahal dan pilih-pilih.


Singkat cerita, akhirnya dengan bangga aku mengatakan akulah orang yang berhasil mendapatkanmu. Aku bukanlah lagi pungguk merindukan bulan, aku adalah Neil Armstrong yang berhasil menguasai bulan. Aku merasa sombong, seperti berhasil mengalahkan Yuri Gagarin yang hanya bisa mengorbit bumi. Cih, aku lebih hebat. Senyum bangga muncul di wajah ketika orang bertanya, “Ciye, sekarang sama siapa?”


Namun ternyata hidup denganmu itu susah. Ada saja ceritanya, banyak masalahnya. Rasa-rasanya dulu sewaktu hidupku belum denganmu, hari-hariku santai dan tenang-tenang saja. Sekarang, terkadang aku rela kurang tidur demi menyelesaikan masalah yang kamu tanyakan kepadaku.


“Lhoo aku kan masih baru bareng-bareng kamu? Kenapa tanya padaku??”


Tapi ya memang begitulah kamu, suka bertanya-tanya hal yang membuat pusing seperti menantang pemikiran. Terkadang aku tawarkan beberapa solusi, tapi ternyata tidak cukup baik menurutmu. Okeeee, aku mengalah, aku memang butuh belajar lagi bareng kamu. Kita coba jalanin lagi bareng-bareng yaa...


Terkadang tantangannya juga muncul tiba-tiba. Suatu hari kita sedang santai menikmati pemandangan indah, tiba-tiba ada kebakaran hutan! Kita harus lari!! Selamatkan keluarga kita semuanya! Padamkan apinya! Belum selesai napas terengah, kamu minta kita telusuri kebakarannya, supaya tidak terjadi lagi di kemudian hari. “Ini kan tempat kita hidup bersama, semuanya harus tenang dan nyaman hidup di dalamnya!” begitu pesanmu padaku. Okee, yuk kita padamkan apinya bareng-bareng….


Hutan masih berasap, api baru padam, tanah jadi gersang.


“Yuk kita bikin sungai buatan berwarna biru dengan batuan abu-abu kehijauan di dalamnya! Ada ikan yang bisa dimakan, nanti sekalian kita budidayakan juga. Jangan lupa ada jembatan juga ya, supaya orang bisa lewat dengan mudah. Di sisi barat jembatan kita tanam bunga matahari Jepang, di sisi timurnya kita tanam mawar Belanda!”


Ya Tuhan… Ini permintaan apa lagi? Bukankah api baru beres kita padamkan dan asap sedang kita singkirkan?


Ya itulah kamu. Banyak maunya. Kadang-kadang aku ingin memilih untuk menyerah saja tidak memenuhi keinginan kamu. Capek ah. Otak kan juga butuh istirahat. Fisik tidak bisa dipaksa terus-menerus. Mesin saja butuh maintenance, apalagi manusia.


Tapi di sisa-sisa tenaga terakhirku, aku coba ikuti saja permintaanmu.


-oOo-


Batu dikumpulkan, sungai digali, bibit ikan disebar, kayu dipaku, benih ditanam. Ternyata tanah tak lagi gersang. Banyak lebah dan kupu-kupu menghampiri bunga-bunga. Anak-anak memancing ikan dengan bahagia dan membawanya pulang untuk orang tua. Burung-burung berterbangan dan bernyanyi gembira, seakan kehidupan yang baru dimulai dari tanah yang sebelumnya mati.


Lelahku rasanya hilang, tenagaku seperti disetrum kembali. 


Dengan menyangkal apa yang menurutku kesannya tidak masuk akal, kamu memberitahuku kalau ternyata aku masih belum tau apa-apa.


Ini berulang kalinya juga kamu membuktikan padaku kalau tantangan dalam mencapai suatu tujuan besar bukanlah sesuatu hal yang harus dihindari, namun diatasi dan diakali. 


Lagi-lagi, kamu membuktikan padaku kalau tujuanmu meminta sesuatu itu pasti bukanlah untuk memenuhi keinginan egomu semata. Dan ternyata, dengan memenuhi tujuan itu kita bisa bermanfaat dan memberikan makna bersama-sama. Ada banyak tujuan mulia yang belum aku pahami seluruhnya.


Inilah alasan aku mengejarmu.


Tidak sabar rasanya untuk lebih jauh mengenalmu dan bermanfaat bersama-sama denganmu.


No comments: